Kamis, 17 Maret 2011

Anugerah Nama EMHA SHEH HARTO


Anugerah Nama
EMHA SHEH HARTO
(al-Haj Moehammad Sheh Soeharto)

Buku ini semula berjudul “Kebajikan dan Kebijakan Presiden H. Moeh. Soeharto” yang mengandung makna telah terjadi beragam peristiwa (kasus) di tengah masyarakat pada masa orde baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Beraneka ragam kasus itu merupakan cerminan kehidupan rakyat dan umat yang tidak lepas dari dampak kebijakan pemerintah, seperti lahirnya orang-orang yang sukses dalam karier (profesi) dan terjadinya aneka kasus kriminal di tanah air.
Peristiwa dan kasus itu direkam dalam sebuah makalah yang merupakan intisari khutbah, ceramah, dan seminar di pelbagai tempat. Kumpulan makalah itu yang dimaksud dengan “Serpihan Memori Misi Islamisasi dan Indonesiawi” yang diterbitkan berwujud buku ini.
Rencana penerbitan buku ini 7 bulan (Agustus 2007) yang lalu, ketika Mantan Presiden H. Moeh.Soeharto masih hidup dan sehat walafiat dengan harapan bisa dibaca beliau. Ternyata takdir menentukan lain,  buku ini terbit setelah 40 hari beliau wafat. Dengan itu, lalu judul buku ini diubah dengan memberikan anugerah gelar nama kehormatan bagi beliau sebagai negarawan muslim Indonesia dengan istilah “SHEH”. Judul buku menjadi “Kebajikan dan kebijakan Emha Sheh Harto, Presiden Seribu Satu Masjid,  Serpihan Memori Misi Islamisasi dan Indonesiawi”
Nama lengkap Pahlawan Pembangunan Nasional dan Presiden Seribu Satu Masjid itu adalah al-Haj Moehammmad Sheh Soeharto, yang dalam buku ini disingkat Emha Sheh Harto. Emha adalah kebalikan dari HM dan Sheh Harto sebagai tambahan (pengganti) nama panggilan Pak Harto. Dengan itu dari tulisan HM. Soeharto menjadi Emha Sheh Harto.
Nama tersebut mengandung makna filosufis yang bernilai historis Islamis. Kalimat yang menjadi nama itu terdiri dari 4 kata yaitu, al-Haj, Moehammad, Sheh dan Soeharto. Rasulullah Muhammad Saw bersabda “al-Haj al-Arafah” maksudnya bahwa titik awal rentetan manasik haji dimulai dari wukuf di padang Arafah pada 9 Zulhijah dan diakhiri tawaf di Kakbah pada 13 Zulhijah. Manasik haji ini dilakukan selama 5 hari (120 jam).
Padang Arafah yang terletak sekitar 9 km di sebelah timur kota Mekah adalah tempat pertemuan antara Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah keluar dari jannah (taman surga), dikarenakan nafsu serakah melanggar larangan Allah Swt memakan buah khuldi. Kedua insan yang terusir dari surga itu lalu bermukim di Mekah bersama anak cucunya. Inilah kampung pertama dan tertua dalam sejarah umat manusia. Di kampung tertua ini terdapat Kakbah tempat tawaf para malaikat sebelum dijadikan tempat tawaf para jamaah haji dan umrah (QS. 3, Ali Imran : 96). Konon Kakbah tersebut sebagai simbol (isyarat), bahwa Mekah adalah pusat bumi. Dengan itu orang barat menyebutkan wilayah ini dengan istilah “Middle East”(Timur Tengah).
Nabi Moehammad Saw dilahirkan di kampung Mekkah ini pada 571 M dari pasangan Abdullah dan Aminah. Beliau adalah keturunan Ibrahim AS dari garis Ismail AS, dengan sebutan Nabiul-Ummy .(bukan keturunan Bani Israel). Statusnya sebagai nabi dan rasul yang terakhir, dengan istilah Rahmatan lil’alamin (Rasul Global) yang diberi amanah untuk menyiarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Amanat kenabian dan kerasulan tersebut terhitung sejak beliau berusia 40 tahun (611 M) sampai wafat di Madinah pada 632 M. Agama Islam yang diajarkan Nabi Moehammad Saw tersebut merangkum semua ajaran agama yang lahir dan berkembang di muka bumi, sejak agama yang dibawa Adam AS sampai agama Nasrani yang dibawa Isa al-Masih bin Maryam (Yesus Kristus).
Islam sebagai agama global masuk ke Nusantara pada abad ke 7 dan berkembang pada abad ke 13 yang disiarkan para ulama. Para ulama itu adalah pewaris tugas suci para nabi. Mereka disebut dengan panggilan auliya (para wali) yang sebagian bergelar Syeikh, seperti wali songo Syeikh Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/824 H)) di Gresik Jawa Timur. Syeikh itu adalah simbol dari Tokoh Islam yang bijak dan bajik. Sejarah perjuangan para ulama itu dibantu para umara yang disebut sultan, malik,  raja, dan prabu.
Indonesia adalah salah satu dari 22 negara Islam yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam), karena mayoritas penduduknya (88 %) beragama Islam. Soeharto adalah salah seorang Presiden Republik Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun (1966-1998) yang memimpin hampir dua ratus juta muslim di Indonesia. Dengan itu beliau adalah salah seorang umara (negarawan muslim) yang berperan dalam upaya Islamisasi di Nusantara.
Kalimat al-Haj Moehammad Sheh Soeharto ( Emha Sheh Harto) sebagai negarawan muslim (tokoh Islam) Indonesia yang bijak dan bajik yang tercatat dalam sejarah dunia internasional adalah kesimpulan dari 49 makalah yang termuat dalam buku ini. Ketokohan beliau diabadikan dalam sebuah pernyataan, bahwa “Soeharto adalah Bapak Pembangunan Nasional dan Presiden Seribu Satu Masjid”. Kesimpulan akhir tersebut disusun dalam kalimat yang singkat dan padat yang bernilai filsafat.
Adapun anugerah gelar kehormatan yang ditulis dengan huruf “Sheh”. Gelar ini disampaikan makalawan di pusara almarhum Soeharto di Astana Giribangun Karanganyar tepat pada Selasa, 12 Februari 2008, jam 14.00 Wib (17 hari setelah wafatnya). Hal itu diucapkan seusai berdoa “Ya Allah, Ya Ghaffar, Ya Ghafur, Seh mohonkan ampunan segala dosa, alfa dan salahnya. Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, Seh mohonkan marhamah dan mardotillah atas setiap amal kebaikan selama masa hidupnya. Lalu Seh ucapkan kalimat “Pak Harto, mohon izin kedatangan Seh di tempat ini dari Sidoarjo, dengan niat salah satunya  untuk menyampaikan gelar kehormatan kepada Anda di alam barzah, yaitu gelar Sheh sebagai simbol Negarawan Muslim yang Bijak dan Bajik. 
Berkaitan dengan masalah tersebut, kami menyampaikan permohonan maaf dari hati nurani yang paling dalam kepada mereka yang masih merasa sakit hati, karena pernah dikecewakan Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun (1966-1998). Barangkali ada fihak yang berat hati menerima dan menyebutkan gelar tersebut.
Yang tidak kalah pentingnya, kami mohon dengan segala kerendahan hati kepada para ulama dan ilmuwan (para cerdik cendekia) untuk membahas masalah gelar Sheh yang diberikan kepada Pahlawan Pembangunan Nasional ini secara ilmiah. Dengan harapan, gelar kehormatan tersebut pada saatnya bisa dipahami, dimaklumi dan diterima oleh umat Islam dan bangsa Indonesia.
Adapun dasar pemikiran makalawan dalam memberikan anugerah gelar kehormatan kepada Jenderal Besar Soeharto tersebut setelah membaca dan memahami perjalanan sejarah tentang sebutan dan gelar Syeikh yang disandang para nabi, para wali, para filosuf dan nama muslim di muka bumi, yaitu sebagai berikut ;
1.       Manusia yang termasuk usia lanjut (lansia) atau sesepuh (Jawa) disebut Allah dalam kitab suci al-Quran dengan istilah Syeikh (Seh). Allah berfirman :”Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai  seorang anak. Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu  sampai kepada masa dewasa. Kemudian (kamu dibiarkan hidup lagi) sampai tua (Syuywkhan). Diantara kamu, ada yang diwafatkan sebelum itu (QS. al-Mukmin, 40:67)
2.     Pernyataan tentang status Syeikh itu dinyatakan anggota keluarga kepada suami dan ayah mereka. Hal ini seperti pernyataan Siti Sarah kepada malaikat tentang status suaminya Nabi Ibrahim AS. Allah berfirman ;”Isterinya berkata “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak?. Pada hal aku adalah seorang perempuan  tua dan suamikupun dalam keadaan yang sudah  tua pula (Syaikhan). Sesungguhnya ini  benar-benar suatu yang  sangat aneh” (QS. Hud, 11:72 dan QS, al-Qashash, 28:23)
3.     Sebutan Syeikh juga dinyatakan seseorang terhadap orang lain, yaitu tentang status Nabi Yakqub ayahanda Nabi Yusuf. Dalam kisah ini Allah berfirman : “ Mereka berkata, “Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya (Syaikhan Kabiiran), lantaran itu ambillah salah seorang diantara kami sebagai gantinya. Sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik. (QS. Yusuf, 12:78).
4.     Gelar Syeikh diberikan para murid tarikat kepada mursyidnya, seperti dalam tarikat Qadiriyah Naqsabandiyah yang menyebutkan tokoh Syeikh Abdul Qadir Jailani (w. 561 H /  1150 M). Beliau adalah  seorang fakih dan sufi yang istimewa, silsilah ayah dan ibunya dari tetesan darah keturunan Muhammad Rasulullah, yaitu Hasan dan Husen.
5.     Pernyataan para ulama terhadap gurunya yang berwawasan luas dan berpikir lintas abad (Filosuf Islam). Mereka memberikan gelar kehormatan dengan nama Syeikh, seperti yang ditulis Ibnu Qayim al-Jauziyah tentang gurunya Syeikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah (w.728 H / 1312 M)
6.     Para sejarawan mengutip pernyataan tokoh spiritual Jawa (Kejawen) yang menyebut nama tokoh utama aliran kebatinan yang dikenal  sebagai ahli sufi Islam, yaitu Syeikh Siti Jenar, yang nama aslinya Ali Hasan alias Abdul Jalil, keturunan bangsawan Cirebon.
7.     Lembaga pendidikan Islam sebagai sentra Islamisasi yang paling jitu. Tokoh di lembaga pendidikan Islam ini menggunakan istilah Syeikh sebagai jabatan presidennya, seperti Syeikh  al-Zaytun di Indramayu Jawa Barat, Dr. Abdul Salam Panji Gumilang.
8.     Kemudian ketika gelar kehormatan yang disandang para nabi, wali, filosuf dan tokoh lembaga pendidikan Islam itu yang disebut Syeikh, kemudian ditulis secara singkat dan sederhana dengan Seh. Maka terdapat sejumlah orang tua yang menamakan anaknya yang baru lahir dengan  nama Seh. Mereka yang dimaksud antara lain terdapat nama Sehadin, Sehalam, Sehabunawas, Sehusman, Seharun, Sehasan dan lainnya. Nama seperti tersebut terdapat juga di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Prof. Dr. H. Syeikhulhadi Purnomo, mantan anggota DPR RI dan Direktur Pascasarjana.
9.     Ada lagi yang menulis singkatan namanya sendiri, karena namanya sering salah ketika ditulis dan diucapkan orang lain, yaitu Soel-Hawi disingkat SEH atau ditulis lengkap Seh Alwi.
Berdasarkan pada pemahaman tersebut, maka untuk memilah antara makna istilah Syeikh sebagai simbol tokoh Islam yang dipahami masyarakat selama ini dengan makna orang tua (sesepuh), nama orang awam dan singkatan. Penulisan istilah tersebut dirumuskan dengan perbedaan huruf, yaitu Syeikh buat gelar para nabi, wali dan filosuf Islam. Seh buat sebutan para sesepuh, nama orang awam dan singkatan. Sedangkan Sheh untuk gelar para negarawan muslim.
Mereka yang ditulis dengan istilah Sheh ini selain buat HM. Soeharto, juga sah diberikan kepada mantan presiden pertama, Dr. Ir. H. Ahmad Soekarno (Sheh Karno), mantan ketua ICMI dan mantan Presiden RI, Prof. Dr. BJ. Habibie (Sheh Habibie), mantan ketua umum Golkar dan  ketua DPR RI, Ir.H. Akbar Tanjung (Sheh Akbar Tanjung), Ust. H. Ahmad Harmoko (Sheh Harmoko) dan para tokoh Islam lainnya yang disebut negarawan muslim, termasuk Sheh Esbeye (Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono).
Soeharto sebagai negarawan muslim yang bersuku Jawa, sejak berusia 45 tahun menjabat Presiden NKRI selama 32 tahun. Beliau dalam kaca mata internasional adalah tokoh Islam Indonesia yang sering berpidato di forum dunia, seperti di ASEAN (Association South East Asia Nation), OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa). Selain itu, beliau sering memberikan pengarahan dalam pembukaan muktamar organisasi Islam nasional, seperti Muhammadiyah, NU, IPHI, ICMI dan lain sebagainya..
Dalam jabatannya sebagai presiden tersebut, beliau telah melaksanakan perintah dalam kitab suci al-Quran dan al-Hadis, yaitu kewajiban umat (umara) melakukan amar makruf dan nahi munkar (dakwah Islam / islamisasi), dengan melalui pendekatan politik. Beliau berhasil membentuk dan merestui lembaga perjuangan umat Islam, seperti MUI, ICMI, IPHI, BKPRMI dan lain-lain. Pendekatan seperti itu dalam ilmu dakwah disebut dengan metoda Dakwah bil-Yad (Islamisasi via Politik).
Atas prestasi beliau sebagai waliyul-amri (presiden) dalam mengisi kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia dalam program pembangunan manusia seutuhnya (insan kamil). Program tersebut sudah dilaksanakan selama 25 tahun yang dirancang dalam Pelita dan Repelita. Dalam hal ini beliau digelari Bapak Pembangunan Nasional.
Demikian pula dalam upayanya mengumpulkan infak dari PNS, BUMN dan ABRI yang ditarik Rp. 100,- sampai Rp, 1.000,- setiap bulan, sehingga terkumpul dana miliaran rupiah bahkan sampai triliunan. di Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Yayasan tersebut telah berhasil membangun 970 buah masjid di Nusantara dengan obsesi membangun 999 buah masjid. Dengan  prestasi yang luar biasa tersebut, beliau digelari Presiden Seribu Satu Masjid.
Gelar lain yang sangat pantastis, kareirnya di TNI menggapai pangkat tertinggi Bintang lima (Jenderal Besar). Pangkat tersebut hanya diraih tiga orang tokoh TNI yaitu Panglima Sudirman dan Abdul Haris Nasution. Laik, bila beliau dicatat dalam daftar wali songo pada abad ke 20.
Demikianlah sebuah anugerah nama dari GARISI (Lembaga Riset dan Islamisasi) kepada negarawan muslim yang telah berjasa dalam aktivitas islamisasi di nusantara, yaitu al-Haj Moehammad Sheh Soeharto yang disingkat “Emha Sheh Harto”. Perlu digaris-bawahi bahwa istilah Sheh (Syeikh) dalam nama tersebut adalah sebagai simbol Negarawan Muslim Yang Bajik dan Bijak.
Akhirulkalam, sekali lagi disampaikan kepada umat Islam dan seluruh bangsa Indonesia, perkenankan makalawan menggunakan nama tersebut sebagai sebuah bentuk penghargaan dan penghormatan kepada seorang Bapak Bangsa yang pernah menyatakan cita-citanya, bahwa di masa tuanya ingin “lengser keprabon madheg pandhito”.artinya “usai dalam tugas sebagai umara (presiden) beralih tugas sebagai ulama (gelar syeikh menjadi sheh)”.


Delta Manggalarang, Jumat
8 Safar 1429 / 15 Februari 2008

Wassalam
GARISI
Sheh Sulhawi Rubba

RIWAYAT PENULIS


 RIWAYAT PERAWI

     Sheh Sulhawi Rubba dilahirkan pada Ahad, 16 Januari 1955, di Gedung Agung Ulu Merapi Timur Lahat Sumatera Selatan. Anak bungsu dari 4 bersaudara (Yasudi, Surnawi dan Zawawi) putra Tuan Rubba bin H. Basri bin Kang Kamal dan Ayuni bin Multasim.
     Pendidikan dari SDN sampai PGAN ditamatkan pada 1974 di Lahat Sumsel, kemudian pada 1975 melanjutkan studi ke IAIN Sunan Ampel di Fakultas Adab, lalu pindah ke Fakultas Dakwah, dan lulus pada 1983. Pada 1999 mengambil program konsentrasi Pemikiran Islam di Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Terhitung sejak 1985 berstatus pegawai negeri sipil, yang ditugaskan membimbing mahasiswa di Fakultas Dakwah Surabaya IAIN Sunan Ampel.
     Hasil perkawinan dengan Puan Umi Siyamiati, karyawati Dinas Kesehatan Sidoarjo pada Sabtu, 5 Januari 1985, dikaruniai Allah 3 orang putra, yaitu, yang pertama QQ. Mali Mardiyah Sh (011185), yang kedua. ZF. Robby Rodiyan Sh (170789) dan yang ketiga AA. Raja Aynelhaqq Sh (120495). Sejak 17 Agustus 1985 berdomisili di Manggalarang (Taman Jenggala Larangan), Sudirman Empat 14 Sidoarjo.
    Karya tulis yang dibukukan, dan diterbitkan buat para mahasiswa, karib kerabat, para sahabat dan tetangga dekat serta umat dan rakyat, yang kemudian tersimpan di perpustakaan, antara lain  yaitu:
01.         Peranan Masjid al-Falah Dalam Dakwah Islam, (Risalah, BA), 1978
02.       Peranan HMI Sebagai Lembaga Dakwah, (Skripsi, Drs.), 1982
03.       Etika  Islamisasi di Republik Indonesia, (Pedoman Kuliah Etika Dakwah), 1997
04.       Oreintalisme dan Hikmahnya, (Diktat Kuliah Studi Oreintalis), 1997
05.       Trilogi Islamisasi, Mukmin, Muslim dan Mutaqin, (Pengantar Kuliah Ilmu  Dakwah), 1998
06.       Komentar Hal Ihwal  Soeharto, Serpihan Dakwah dan Politik Nasional,  (Pengantar Kuliah Ilmu Politik), 1998
07.       Quran, Hadis dan Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam, (Makalah Seminar Tentang Tarekat), 1998
08.       Hakekat Mursyid dan Murid di Lembaga Tarekat, 1999
09.       Lintasan Sejarah Islamisasi Sampai di Nusantara, (Pengantar Kuliah Sejarah Dakwah), 2000
10.        Kaifiat Zikir Ismu Dzat,Teori dan Praktek Dalam Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah, 2000
11.          Integrasi Ideolologi Warga Muhammadiyah dan Nahdhiyin di Perumahan Taman Jenggala Larangan Candi Sidoarjo Jawa Timur, (Tesis, M. Fil. I), 2003
12.        Format Kerukunan Umat Islam di Taman Jenggala (Laporan Penelitian Individual), 2004
13.        Sejarah Dakwah Bil-Qalam, Studi Terhadap Eksistensi LIsanalam, (Laporan Penelitian Individual), 2006
14.        Kiaji Asep al-Amien, Kisah Mujahadah Ulama NU Dalam Saham Dakwah Islam, 2006
15.        Kebajikan dan Kebijakan Emha Sheh Harto, Presiden Seribu Satu Masjid, 2008
16.        Selusin Wasiat Jumat, 2008
17.        Percikan Islamisasi, (Pengantar Kuliah Studi Islam), 2008
18.        Drama Kehidupan Walidain Qiqi, 2010
19.        Dakwah Bil-Rihlah, Metodologi Islamisasi dan Indonesiawi, 2011
20.      Jurai Tuan Haji Basri, Dalam Islamisasi dan Indonesiawi, 2011
21.        Opini Kaum Sufi, Percikan Dalam Sejarah Tarekat, (Pengantar Studi Ilmu Akhlak / Tasawuf), 2011
22.       Dan puluhan karya tulis lainnya yang berbentuk makalah, yang dipublikasi mass media cetak, seperti Majalah al-Muslimun, Jumatan Lisanalam dan penerbit lainnya.