Jumat, 15 April 2011

JURAI TUAN HAJI BASRI

Sheh Sulhawi Rubba




DSCI2541.JPG


[Type the document title]
 
 














Penerbit Garisi
(Lembaga Riset dan Islamisasi)
1432/2011


Text Box: Penerbit Garisi
(Lembaga Riset dan Islamisasi)

DSCI2470.JPG 



























Text Box: Profesi leluhur turun-temurun 
JURAI TUAN HAJI BASRI
DALAM ISLAMISASI DAN INDONESIAWI




Diriwayatkan
Sheh Sulhawi Rubba
Dosen FD IAIN Sunan Ampel



Penerbit : GARISI
(Lembaga Riset dan Islamisasi)
1432/2011


KATA PENGANTAR
Bismillaahir-rahmaanir-rahym

Makalah ini adalah bagian dari isi buku tentang Dakwah Bil-Nikah dalam Metodologi Islamisasi dan Indonesiawi, yang diterbitkan khusus untuk anak cucu Tuan Haji Basri. Mereka sudah bertebaran merantau dan bekerja di pelbagai kota di Indonesia. Dengan tujuan, supaya mereka faham asal usulnya dan tetap terus menjalin silaturahmi dengan semua karib kerabatnya, sekalipun tempat dan jarak mereka yang berjauhan. Hal ini, sekaligus merupakan salah satu kewajiban seorang akademisi, dalam melaksanakan tugas penelitian dan pengabdian masyarakat. Buku kecil ini diberi judul;

JURAI TUAN HAJI BASRI
Dalam Islamisasi dan Indonesiawi


Disadari bahwa buku ini belum sempurna, masih banyak informasi yang belum digali dan tersembunyi. Untuk itu diharapkan kepada semua fihak  yang mengetahui tentang masalah ini, untuk menyampaikan saran dan koreksi. Hal ini, selama ini dinilai tidak penting, karena di dalamnya tidak ada orang penting.

Kata orang bijak,
“Menjadi orang penting, itu baik.
Menjadi orang baik itu, penting.
Yang terpenting selalu berupaya yang terbaik”



Delta Manggalarang,
Selasa Kliwon, 01 Februari 2011/27 Safar 1432


A.  MUKADIMAH
         Ketika Sheh bertatap muka dengan para mahasiswa di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya, saat mengajar ilmu sejarah dakwah, Sheh sering bertanya kepada beberapa orang mahasiswa tentang siapa nama orang tua mereka, dan anak cucu siapa kedua orang tuanya. Pada umumnya, mereka hanya mengetahui sampai nama kakek dan neneknya saja. Misalnya, mereka menjawab, nama ayah saya Tuan Zaini, putra Tuan Zainal dan Puan Zainab. Sedangkan ibu saya, bernama Puan Aminah putri Tuan Amir dan Puan Azizah. Ketika ditanyakan siapa nama orang di atas kakek dan neneknya (leluhurnya). Mereka, sebagian besar menjawab tidak tahu, karena tidak pernah diberi tahu dan mereka juga tidak berusaha mencari tahu.
             Demikian itu merupakan gambaran sebagian besar orang awam, rakyat jelata dan orang miskin di nusantara. Mereka merasa tidak penting untuk mengetahui asal usul keberadaan leluhur mereka. Hal ini berbeda sekali dengan tradisi dan pemikiran para ulama, para umara dan para agnia. Para habaib (ulama keturunan Arab) hafal silsilah asal usul mereka sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian pula para umara, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono ke X, Gubernur DI Yogyakarta, hafal silsilah leluhurnya sampai ke Sultan Agung, pendiri kerajaan Mataram. Hal ini juga berlaku, bagi para agnia, seperti anak cucu keturunan Haji Kalla (Ujung Pandang), Haji Bakrie (Bandar Lampung) dan para agnia yang lainnya. Paling tidak mereka tahu sampai 7 generasi ke atas, karena dikenal sebuah istilah, bahwa kekayaan si fulan tidak akan habis sampai 7 keturunan.
            Sesungguhnya adalah penting bagi setiap orang untuk mengetahui silsilah asal usulnya. Dalam hal ini Rasulullah pernah berwasiat kepada umatnya, jika seseorang mencari pasangan hidup (suami atau isteri), perlu memperhatikan nasabnya (silsilah keturunannya). Rasulullah sendiri nasabnya jelas tercatat dalam sejarah, seperti disusun dalam syair al-Barzanji, yaitu Muhammad bin Abdullah, bin Abdul Muthalib, bin Hasyim, bin Amru Abdul Manaf, bin Qushay, bin Kilab, bin Hakim, bin Murat, bin Ka’ab, bin Lusay, bin Ghalib bin Fihri, bin Kinay, bin Malik, bin Nadhar, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma’ad, bin Adnan, bin Ismail AS, bin Ibrahim Alaihi Salam.
            Silsilah asal usul keturunan itu penting diketahui, adalah untuk mengetahui siapa saja yang termasuk karib kerabat, yang ada hubungan tetesan darah dari hasil perkawinan para leluhur. Dalam kehidupan demokrasi di pedesaan, seseorang yang akan mencalonkan diri menjadi kepala desa. Mereka merasa sangat penting untuk memahami silsilah asal usul leluhurnya.  Dengan itu, dia akan menjalin komunikasi untuk merapatkan silaturahmi sebagai salah satu upaya untuk mengumpulkan suara dalam pemilu kades. Hal ini Sheh ketahui pertama kali, ketika Tuan Marsup (mamang) akan mencalonkan diri menjadi Pasirah (Kepala Desa) Marga Tembelang Gedung Agung Merapi Lahat pada 1967 (44 tahun yang silam). Alhasil beliau menang dalam pilkades saat itu. Pilkades tersebut dilaksanakan, ketika Sheh masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar.

B.   JURAI TUAN HAJI BASRI
               Tuan Haji Basri (w 1955) adalah anak keempat dari 6 bersaudara, seorang lelaki (Abi Mahbub) dan 4 orang perempuan. Beliau dua kali menikah, setelah isteri pertamanya wafat dengan satu orang anak bernama Lam Aqib, lalu menikah lagi dengan seorang janda bernama Nursyamsiyah beranak satu, Mau Ning. Dalam pernikahan kedua ini, dikaruniai  Allah 4 orang anak, yaitu 1. Tuan Rubba (W. 1991), 2. Tuan Anna (w. 1948), 3. Tuan Janna (w 1943) dan Tuan Wanna (w 1960). Anak tirinya, yang bernama Mau Ning (w 1978) yang dinikahi Aji Nusi (w 1967), dikaruniai Allah 5 orang anak, yaitu Ismi, Syahudin, Sehadin, Mahuri dan Matudin (Muhamad Udin).
           Anak cucu Tuan H. Basri sudah sampai 5 generasi, jumlah mereka itu generasi I (5 orang), generasi II ( 6 orang), generasi III, (24 orang), generasi IV (46 orang) dan generasi V (18 orang), semuanya 99 orang. Kemudian ditambah dengan menantu anak cucunya 41 orang, total menjadi 140 orang. Selama hidup, jaza yang tidak ternilai dan perlu diteladani oleh keturunannya, Tuan H. Basri telah mewariskan iman dan islam kepada semua anak cucunya tersebut. Ini sebuah fakta, bahwa perkawinan merupakan salah satu lembaga islamisasi sepanjang sejarah.
          Tuan H. Basri dan lima orang saudaranya lahir pada akhir abad ke 19 dan berdomisili di dusun Gedung Agung Merapi Lahat Sumatra Selatan. Pada zaman kolonial Belanda, dusun tersebut dipimpin seorang pembarap, yang membantu tugas atau wakil depati atau pasirah. Istilah depati dan pasirah tersebut sekarang diganti menjadi kepala desa (lurah). Dusun tersebut, sebelum Indonesia merdeka terbakar habis, sehingga semua penduduknya mengungsi dan pindah ke tempat yang baru. Tempat yang baru itu terbagi 3 lokasi, dengan nama dusun Gedung Agung Darat (Masam Kelat), Gedung Agung Dalam (Danau Nangke) dan Gedung Agung Hulu (Hepang Jungkung). Tuan H. Basri dan saudaranya, kemudian terpisah di tiga lokasi tersebut, setelah musibah kebakaran saat itu.
           Nama Dusun Gedung Agung menjadi nama sebuah desa yang dipimpin seorang Depati (Pasirah). Desa ini menjadi perbatasan kabupaten Lahat (sebelah timur) dengan kabupaten Muara Enim, dengan itu dinamakan Marga Tembelang Gedung Agung. Luas arealnya ribuan hektar yang ukuran panjang dan lebarnya puluhan kilometer, yang hampir setara dengan luas kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
       Sejak diikrarkan program pemekaran wilayah dan otonomi daerah, desa tersebut, dipecah dan dibagi menjadi 6 desa, yaitu dengan nama,    1. Desa Muara Lawai, 2. Desa Tanjung Jambu, 3. Desa Nanjungan, 4. Desa Sengkuang, 5. Desa Tanjung Lontar dan 6. Desa Gedung Agung. Luas wilayah sebuah desa tersebut, hampir setara dengan luas sebuah kecamatan di Sidoarjo. Wilayah keenam desa tersebut, sekarang berada di kecamatan Merapi Timur. Sebagian anak cucu keturunan Tuan H. Basri bertebaran di kecamatan tersebut.


C.   JURAI TUAN RUBBA
         Tuan Rubba menikahi Ayuni (Ma. Enim, 1915-1975) mempunyai 4 orang anak, yaitu 1. Tuan Yasudi (Lahat, 1935-1942), 2. Tuan H. Surnawi (Lahat, 060942), 3. Tuan  H. Zawawi (Lahat, 1945-1999) dan 3. Sheh Sulhawi (Lahat, 160155). Total jumlah anak cucu H. Basri dari garis Tuan Rubba 54 orang, termasuk menantu anak cucunya.
         Tuan H. Surnawi menikahi Puan Hj. Yahunah (Lahat, 1945)  di Gedung Agung Merapi Lahat pada September 1960, dikaruniai Allah 7 orang anak, (3 orang wafat), yang hidup 4 orang, yaitu 
1.    Tuan Dahrullah ST (Lahat, 290864), tinggal di Lahat Sumsel.
Tuan Dahrullah menikahi Komala (Lahat, 210469) di Gedung Agung Lahat pada 16 Agustus 1988,   dikaruniai Allah  3 orang anak, yaitu 1. Wanda Juni Hartati (Lahat, 290689 )    2. Firnando Akbar (Lahat, 220892) dan, 3. Yoga Wahyu Akbar (Lahat, 090900 )
2.    Tuan Ir. Hasbullah (Lahat, 021167), tinggal di Trenggalek Jatim.
Tuan Hasbullah menikahi Sunja Wiharti, S.Pd (Kediri, 191170) di Batuaji Ringin Rejo Kediri, pada Ahad,  5 Desember 1993,  dikaruniai Allah 2 orang anak kembar yaitu, Qurasun Shieldhy Sabil dan Qurasun Shieldhan Nabil (Kediri, 191195).
3.    Tuan Imam Halimi, SH (Lahat, 100974), tinggal di Padang Sumbar.
Tuan Imam Halimi menikahi Puan Juarneti, S. Pd (Lahat, 060684) pada Jumat, 21 Februari 2003 di Arahan Merapi Lahat,  dikaruniai Allah  1 anak bernama Muhammad Dzaky Anoraga (Lahat, 050505)
4.    Tuan Joharni Johan, SE (Lahat, 021177), tinggal di Batu Malang Jatim.
Tuan Joharni menikahi Puan Khusnul Rufiiyah, SE (Batu, 220383)  pada Rabu, 9 Juni 2010 di Batu Malang.
                Tuan H. Zawawi (w. 041099) menikahi Puan Hj. Halimah (Lahat,  1945) pada 1983, setelah ditinggal Puan Hamisyah (w. 120282) yang dinikahinya pada tahun 1969. Dari pernikahan dengan Hamisyah dikaruniai Allah 5 orang anak, yaitu ;
1.    Tuan Dr. Buyung Arief Hamza (Sby, 170470), tinggal di Palembang Sumsel.
Tuan Buyung menikahi Puan Dr. Nur Asiah (Jambi, 090971) di Jambi pada Senin, 7 Juli 1997, dikaruniai Allah 3 orang anak, yaitu              1. M. Shalahuddin al-Ayubi (Jambi, 120498),  2. Nur Rifdah az-Zahrah (Jambi, 260900), 3. M. Imaduddin al-Farabi (Plg, 111004).
2.    Tuan Uzair Zamzami Hamza, S. Kom (Sby, 010171), tinggal di Surabaya Jatim.
Tuan Zamzami menikahi Puan Yulianah Hutabarat, S.ST (Lahat, 040769) di Lahat  pada Ahad, 11 Maret 2000, dikaruniai Allah 3 orang anak, yaitu 1. Dini Asrina (Lahat, 271100), 2. Satria Tegar Putra Hamza (Lahat, 061202),  3. Ahza Lukman Faiz (Sda, 171006)
3.    Puan Yulianda Umy Kalsum Hamza, S. Pd (Sby, 040773 ), tinggal di Muara Enim Sumsel.
Puan Yulianda dinikahi Mahmud Riad, ST (Lahat, 230769) di Gedung Agung Merapi Lahat pada Jumat, 5 Mei 2000, dikaruniai Allah 3 orang anak yaitu 1. Rizma Millenia Febrina (Ma.Enim, 070201), 2. Rizka Amalia az-Zahra (Ma. Enim, 180604), 3. Muhammad Satria ar-Rafii (Ma. Enim, 081008)  
4.    Tuan Yasser Arafat Hamza, S.T.Arch (Sby, 210176), dinas kerja di Pekanbaru Riau.
Tuan Arafat menikahi  Indah Prasetyawati, SE (Sby, 190275) di Surabaya pada 14 Juli 2002, dikaruniai Allah 3 orang anak, yaitu      1. Muhammad Fauzidane Izzuddin Hamza (Sby, 090403), 2. Arinda Fauziyah Aini Putri (100906), 3. Muhammad Azzam Fauzima Hamza (Sby, 300409).
5.    Puan Prasetyawati Any Kalsum Hamza (Sby, 211278). Tinggal di Muara Enim Sumsel.  
Puan  Any Kalsum dinikahi Tuan Bambang Djarot Subagio (Pati, 190575) di Gedung Agung Merapi Lahat pada Sabtu, 9 September 2000, dikaruniai Allah  2 orang anak yaitu, 1. Indah al-Fareni Salsabilah (Ma. Enim, 280302) dan 2. M. Rangga Adi Pradana (Ma. Enim, 170206).
            Sheh menikah dengan Umi Siyamiati, SKM (B.goro, 260261) pada Sabtu, 5 Januari 1985 di Masjid al-Falah  Surabaya, dikaruniai Allah 3 orang anak, yaitu
1.    Puan QQ. Mali Mardiyah Sulhawi, S. Sos (Sda, 011185), tinggal di Sidoarjo Jatim.
Puan Qiqi dinikahi Tuan Machbub Junaidi, SE (Sda, 240675) di Sidoarjo pada Sabtu, 1 Januari 2011.
2.    Tuan ZF. Robby Rodiyan Sulhawi (Sda, 170789), masih kuliah di Universitas Negeri Surabaya. 
3.    Tuan AA. Raja Aynelhaqq Sulhawi (Sda, 120495), masih studi di MBI Amanatul Ummah Surabaya di Pacet Mojokerto Jatim.

D.   JURAI TUAN ANNA
         Tuan Anna menikahi Puan Anisa dikaruniai  anak tunggal Tuan H. Supri (Lahat, w. 130184), yang menikahi Hj. Arinaf (Lahat, w. 210710), dikaruniai Allah 7 orang anak (2 lelaki dan 5 perempuan).    Total anak cucu H. Basri dari garis Tuan Anna 67 orang, termasuk menantu anak cucunya.  Adapun anak cucu H. Supri adalah sebagai berikut ; 
1.    Puan Rusmawan dinikahi Tuan Mardin, dikaruniai Allah 7 orang anak (4 orang wafat) dan 6 orang cucu tinggal di Lubuk Linggau Sumsel.
2.    Puan Kumiati (alm) dinikahi Tuan Nasaruddin, dikaruniai Allah 5 orang anak (seorang wafat), dan 6 orang cucu tinggal di Pangkal Pinang Babel.
3.    Puan Inawati dinikahi Tuan Jasmi, dikaruniai Allah 6 orang anak, dan 5 orang cucu tinggal di Bandar Lampung.
4.    Tuan Aliansyah menikahi Puan Sumihartini, dikaruniai Allah 3  orang anak dan seorang cucu tinggal di Lahat Sumsel.
5.    Puan Aswati dinikahi Tuan Rusdiyanto (Yogyakarta), dikaruniai Allah 2 orang anak (seorang wafat), tinggal di Lahat.
6.    Tuan Erwansyah menikahi Puan Rismawati, dikaruniai Allah 2 orang anak, tinggal di Yogyakarta.
7.    Puan Milliati dinikahi Tuan Burhani, dikaruniai Allah  2 orang anak, tinggal di Sekayu Sumsel.


E. JURAI TUAN WANNA
         Kemudian Tuan Wanna menikahi Puan Salni (w 1989) dikaruniai Allah 3 orang anak, yaitu, 1. Tuan H. Surhan (Lahat, 150951) menikahi Puan Hj. Erviana (lahat, 100158) pada Rabu, 20 Januari 1982. 2.  Tuan Sulhadi (Lahat, 1954-1956), 3. Tuan Suparman (Lahat, 240457) menikahi Rusniah (Lahat,1960) pada Ahad, 25 Mei 1975. Mereka dikaruniai Allah 5 orang anak (3 lelaki dan 2 perempuan) dengan 5 orang cucu. Total jumlah anak cucu H. Basri dari garis Tuan Wanna 22 orang, termasuk menantu anak cucunya. Adapun nama-nama mereka itu adalah;
1.    Wiryansyah Edison (Lahat, 250576) menikahi  Nurhayati pada Kamis, 3 Agustus 2006 di Lahat, dikaruniai Allah  seorang anak, Aulia Nissa Ramadhani (Lahat, 021007).
2.    Hermiati (Lahat, 220678) dinikahi Feryansyah pada Kamis, 15 Juni 2000 di Muara Enim, dikaruniai Allah  2 orang anak, Alief Diaz Dwi Tama (Ma. Enim, 170406) dan Alisia Regita Cahyani (Ma. Enim, 080402).
3.    Rudi Apriansyah, SE (Lahat, 150481) menikahi Yeni Rahmawati, pada Ahad, 6 Desember 2009 di Surabaya,  dikaruniai Allah seorang anak, Callysta Elysia Putri Wiranatha (Sby, 221010)
4.    Jhonaidi Akbar (Lahat, 130683) menikahi Puji Rahayu pada Sabtu, 29 Desember 2007 di Jakarta,  dikaruniai Allah seorang anak, Muhammad Hisyam Akbar (Jkt, 070308)
5.    Tri Farnilawati (Lahat, 260889) masih ikut orang tua di Lahat.


F.    MEDIA SILATURAHMI
       Anak cucu keturunan Tuan H. Basri, sebagian tetap berdomisili di kampung halaman, desa Gedung Agung Merapi Timur Lahat, sebagian lainnya sudah bertebaran merantau ke pelbagai tempat di Sumatera dan Jawa. Pertama kali yang merantau ke Jawa (Surabaya) adalah Tuan H. Zawawi Rubba, ketika masih berusia 18 tahun, yaitu sejak 1963 sampai 1985. Berangkat ke Surabaya, karena dia ingin menjadi tentara (Angkatan Laut Republik Indonesia). Cita-cita itu gagal, lalu kuliah di AWS (Akademi Wartawan Surabaya), sehingga berprofesi sebagai wartawan.. Dalam kariernya sebagai insan pers pernah mendirikan penerbitan Harian Radar Kota di Surabaya pada 1980.
         Setelah menikahi Puan Hamisyah pada 1969, dia lalu mengajak adik-adiknya merantau ke tanah Jawa, seperti, Tuan Sehardin Ajinusi pada 1970 (menikah di Surabaya), Tuan H. Surhan Wanna pada 1972 (menikah di Lahat tinggal di Surabaya), lalu Sheh menyusul pada 1975 (menikah di Surabaya tinggal di Sidoarjo). Selain itu adik-adik dari Puan Hamisyah Ciasir yaitu, Tuan Rusman (menikah di Lampung), Tuan Suherman alm (menikahi Fatimah di Mataram Lombok), Tuan Jhoni Iwansyah, SH (menikahi Anisah, SH di Surabaya) dan Tuan Syahri (Tanjung Enim). Ada lagi dari karib kerabat, yaitu Tuan Drs. Ir. H. Surmawi Abbas, MM (menikahi Puan Hj. Dra. Sri Gunarti, MM di Kudus tinggal di Surabaya), Tuan Alm. Amiruddin Ciba (menikah di Bojonegoro), Tuan Hamsidi Abeni (menikah di Pasuruan), Tuan Syahrul Bayumi Hanafi (menikah di Surabaya), terakhir Tuan Hasbullah Surnawi (menikahi Puan Sunja Wiharti di Kediri tinggal di Trenggalek).
           Tuan H. Basri ketika masih hidup pernah mendapatkan warisan dari orang tuanya berupa sebidang sawah (50x30 m). Sawah tersebut dan harta warisan lainnya yang merupakan hasil jerih payahnya berupa sebidang hepang (kebun duku dan durian) di hudang. Harta warisan itu tidak dibagikan kepada anak-anaknya dalam bentuk kavlingan, melainkan dibagi dalam bentuk bagi hasil tahunan. Sampai sekarang, harta warisan itu tetap utuh, karena tidak ada wasiat boleh dijual. Setiap musim buah duku, anak-anak Sheh dan anak-anak Hasbullah (generasi ke 5), dan yang lainnya selalu turut menikmati hasilnya. Warisan lainnya yang tetap utuh, yaitu sebidang sawah dengan kebun durian di Suluk. Hal ini sebagai media silaturahmi anak cucu H. Basri.
           Tradisi tidak membagi harta warisan dalam bentuk kavlingan, juga dilanjutkan oleh Tuan Rubba yang meninggalkan sebidang sawah (lk 100x25m) di kalangan lame, sebidang hepang di Danau Salak, 4 bidang kebun karet dan sebuah rumah dengan halamannya (lk. 15x50m). Rumah tersebut dijadikan semacam Rumah Pangkal, tempat berkumpul anak-cucunya, seperti yang merantau ke Jawa ketika mereka pulang ke kampung leluhur.


G.  PENUTUP
           Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, kami sebagai anak cucu dari Tuan H Basri berhutang budi kepadanya. Dia telah mewariskan iman dan islam kepada kami, selain warisan harta yang berupa sawah ladang dan kebun  yang berbuah setiap tahun. Pada saat ini, kami semua memohonkan ampunan dosa bagi kami dan kedua orang tua kami, nenek-nenek kami, buyut-buyut kami  dan empu hyang leluhur kami, serta seluruh kaum muslimin, baik yang masih hidup, maupun yang sudah wafat.
           Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, kami mohon Engkau terima amal kebajikan mereka semasa hidup, dengan imbalan pahala, nikmat di alam barzah, dan rahmat di alam akhirat.  Limpahkan hidayah dan taufiq kepada kami, agar kami tetap beriman dan beramal saleh di alam dunia yang fanak ini.
             Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim,  Jadikanlah kami, semuanya hamba Mu yang taat beribadat dan tulus ikhlas  dalam segala perkara duniawi. Hanya kepada Mu tempat kami memohon dan meminta segala sesuatu, karena Engkau tujuan dan terminal akhir dalam perjalanan hidup kami. Amien Ya Rabbal ‘alamin.

Walhamdulillaah ‘ala kully hal.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar